Harish Muhammad, Awardee LPDP di Jerman
Harish Muhammad pria kelahiran bandung 1992 ini menghabiskan masa kecil hingga SMA di kota bogor. Setelah lulus SMA harish melanjutkan perkuliahan di faculty of life science, program studi Mikrobiologi ITB. saat ini sedang menempuh pendidikan pasca sarjana di Humboldt Universität zu Berlin, Jerman. Sebagai Awardee Beasiswa Afirmasi Miskin Berprestasi LPDP (2018-2020).
Pria yang sering di sapa harish ini merupakan pemuda yang berhasil meraih berbagai prestasi baik skala nasional maupun internasional diantaranya, Juara 2 Tanoto student research awards tingkat perguruan tinggi di ITB, Finalis Lokarin (Lomba Karya Cipta Maritim Nasional) Sampan 7 di ITS, The finalist (2nd winner) of SDG Alumni Network Challenge 2017-2018, alumniportal Deutschland, Germany. Harish juga pernah menjadi author dan co-author di lima Jurnal Ilmiah internasional dan sebuah book chapter.
Harish termotivasi ingin melanjutkan pendidikan di disiplin ilmu yang linear dengan latar belakangnya, yaitu life science, sekaligus ingin merasakan pendidikan berstandar Eropa dan melakukan penelitian di laboratorium berskala internasional. Jerman memiliki moto land of idea, negara ini sangat menjunjung tinggi perkembangan riset sains dan teknologi. Kemajuan di bidang riset dan teknologi adalah kunci dari keunggulan Jerman bisa bersaing dunia. Ungkap pria yang berpredikat cumlaude di ITB ini.
Selain masuk dalam list universitas tujuan LPDP, sebagai salah satu universitas terbaik (masuk 5 besar) di Jerman dan memiliki reputasi pendidikan yang di akui dunia. Harish memilih humboldt university Berlin (HU Berlin) sebagi tempat menempuh pendidikan pasca sarjananya karena banyak melahirkan puluhan tokoh penerima penghargaan nobel laurate seperti halnya Albert Einstein, Karl Max, Robert Koch, dll.
Meski memiliki segudang prestasi haris menceritakan tentang perjuangannya hingga bisa kuliah di luar negeri dengan beasiswa LPDP. Dalam ceritanya haris mengatakan, Saya berasal dari keluarga yang kurang mampu secara finansial. Ibu saya meninggal sejak saya lulus SD. Ketika saya akan lulus sma, bisnis ayah saya bangkrut dan beliau juga menderita kelainan syaraf yang membuatnya lumpuh sehingga tidak bisa bekerja. Hal ini membuat saya harus mencari cara bagaimana agar saya tetap bisa berkuliah mandiri tanpa mengharapkan bantuan finansial dari orang tua. Untungnya pada saat itu saya berhasil diterima di ITB sekaligus berhasil mendapatkan beasiswa Bidik Misi yang men-cover biaya perkuliahan selama empat tahun di ITB dan biaya hidup di Bandung.
Ketika sedang mengenyam Pendidikan S1 saya termotivasi oleh dosen untuk terus melanjutkan studi di luar negeri agar bisa merasakan pengalaman riset dan networking skala internasional. Meskipun pada saat itu keadaan keluarga juga hidup dengan pas-pasan, saya memutuskan untuk tidak menyerah dan terus mengejar cita-cita. Saya berpikir pada saat S1 saja saya bisa melaluinya, kenapa tidak mencoba berjuang untuk mendapatkan beasiswa lagi untuk studi S2 di luar. Pada saat itu kebetulan ada pembukaan seleksi beasiswa LPDP, maka dalam waktu dua bulan saya mempersiapkan semua berkas yang di butuhkan untuk melakukan seleksi beasiswa tersebut. Alhamdulilah, berbekal niat yang lurus dan usaha keras dengan berbekal prestasi akademik dan pengalaman organisasi selama kuliah, saya diterima di beasiswa afirmasi LPDP.
Harish mengambil jurusan fish biology, fisheries, dan aquaculture. dimana pada saat itu LPDP sedang memprioritaskan bidang-bidang yang benar-benar dibutuhkan Indonesia seperti halnya bidang perikanan dan kelautan, energi terbarukan, kemaritiman. Bidang yang ia pilih ini sangat applicable bagi negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan wilayahnya didominasi oleh laut, serta memiliki garis pantai yang sangat Panjang, unggahnya.
Lalu kenapa mengambil perikanan di Jerman? Jerman memang tidak mengandalkan perikanan sebagai industri ekspornya, bahkan Jerman sendiri mengimpor ikan. Adapun hal ini dikarenakan kondisi alam 4 musim serta aturan yang ekstra ketat terhadap eksploitasi Sumber daya, kelestarian lingkungan, dan animal welfare. Namun dengan adanya persyaratan yang rumit tersebut, hal ini mendorong para peneliti di Jerman dan Eropa untuk lebih mengembangkan proses dan teknologi budidaya yang intensif namun juga ramah lingkungan dan sustainable.
Dengan berkuliah di jurusan tersebut harish bercita-cita dapat menjadi pakar yang bisa melakukan pengelolaan sumber daya akuatik secara ramah lingkungan dan berkelanjutan sehingga bisa menghasilkan kebermanfaatan yang juga berkelanjutan.