Michella Jesslyn Yasinta,

Nama saya Michella dan saya adalah salah satu penerima beasiswa Deutschlandstipendium.

Bagi saya, untuk berproses sejauh ini bukanlah suatu hal yang singkat dan mudah. Saya pertama kali mendarat di Jerman bulan Oktober tahun 2019 dan perjalanan saya dimulai dengan kursus bahasa (Sprachkurs) di Frankfurt untuk sertifikat C1 selama tiga bulan, yang dilanjutkan dengan Studienkolleg di TU Darmstadt selama satu tahun. Tepat di tahun 2021, saya memulai perjalanan kuliah saya yang sesungguhnya, yaitu jurusan Food Technology (Bachelor) di Technical University of Munich.

Di semester tahun pertama, saya merasa cukup kesulitan dan serba takut, mungkin karena belum terbiasa ujian di Jerman dan belum menemukan sistem belajar yang tepat. Namun, setiap kali ada materi yang saya tidak pahami, saya selalu berusaha untuk menghubungi dan bertanya kepada para profesor bidang terkait. Intinya, kemauan untuk “bisa” itu harus ada. Sejauh ini semua profesor yang saya kenal cukup ramah, terbuka, dan sangat membantu. Mereka sendiri selalu berkata “There are no stupid questions” dan mereka selalu menjelaskan serta menjawab pertanyaan dengan sungguh-sungguh. Jadi, entah itu pertanyaan yang mudah atau tidak, jangan malu untuk bertanya.

Sistem belajar-mengajar yang mendukung seperti ini membuat saya lebih semangat untuk belajar. Oleh karena itu, meskipun materinya lebih sulit, semenjak semester tiga saya merasa lebih tenang. Karena saya tahu kapasitas dan cara belajar saya seperti apa, saya jadi lebih bisa mengatur waktu dan berusaha untuk tidak terlalu stres. Selain itu, saya juga sudah mulai terbiasa dengan ujian-ujiannya serta bisa memperkirakan materi mana yang sekiranya relevan dengan ujian dan mana yang tidak.

Selama kuliah bachelor ini saya juga menerima Deutschlandstipendium (Germany Scholarship) selama dua tahun berturut-turut, di mana dari program beasiswa ini saya mendapatkan uang sebesar 300€ per bulannya, yang bebas digunakan untuk apapun. Meskipun jumlahnya tidak dapat sepenuhnya menutupi biaya hidup bulanan, tapi beasiswa ini cukup membantu bagi saya. Apalagi ini sama seperti saya yang belajar, tapi justru saya yang dibayar, semangat belajar pun jadi semakin meningkat. Selain itu, beasiswa ini juga menjadi nilai tambah untuk perpanjangan visa di Ausländerbehörde karena dengan ini, saya dapat menerima masa berlaku visa yang lebih panjang. Sampai dengan saat ini, saya sedang menempuh semester lima dan masih menjadi penerima beasiswa Deutschlandstipendium. Saya sangat bersyukur untuk kesempatan ini.

Seperti yang kita ketahui, ada banyak sekali orang Indonesia di Jerman, jadi di sini ada cukup banyak acara sosial budaya Indonesia yang menarik. Di Munich sempat ada acara “Indonesischer Kulturabend”, tapi sayangnya saya belum sempat hadir saat itu. Namun, banyak yang bercerita bahwa acaranya sangat bagus dan tentunya ada bazaar makanan Indonesia yang cukup mengobati rasa rindu rumah. Saya juga sempat pergi ke acara PPI Frada di Frankfurt “Intönesia”, di mana acaranya seperti live music yang asyik dengan bazaar makanan khas Indonesia.

Terakhir, tips dan saran saya untuk yang berencana kuliah di Jerman adalah, jangan pernah takut untuk mencoba dan bertanya, serta harus berani untuk keluar dari zona nyaman. Karena kita sedang berada di negara orang, inisiatif dan motivasi dari dalam diri sendiri itu sangatlah penting. Selalu ingat: sesuatu yang luar biasa tidak akan pernah datang dengan cepat dan mudah.