LIMA FAKTA UNIK KI HADJAR DEWANTARA YANG PERLU KAMU KETAHUI

May 2, 2020

Tanggal 2 Mei diperingati Bangsa Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Tanggal ini merupakan hari kelahiran Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia, Ki Hadjar Dewantara.

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau lebih arab dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara adalah Pahlawan Nasional Indonesia, lahir di Yogyakarta tanggal 2 Mei 1889. Kiprahnya di dunia pendidikan menjadi batu tonggak awal kemajuan pendidikan di Indonesia, bahkan jauh sebelum zaman kemerdekaan.

Di balik sosok besar seorang Ki Hadjar Dewantara, ada fakta unik yang patut kita ketahui. Tim Media dan Publikasi KBRI Berlin berhasil merangkum lima fakta unik beliau berdasarkan informasi dari berbagai sumber.

FAKTA PERTAMA : Bangsawan yang melepaskan titel kebangsawanannya.

Ki hajar dewantara terlahir dari keluarga bangsawan dari Kadipaten Paku Alaman. Kepedulian dan keresahannya terhadap kondisi masyarakat sekitarnya mendorongnya untuk membulatkan tekat keluar dari lingkungan kerajaan dan berbaur dengan masyarakat biasa di daerahnya. Saat beranjak usia 40 tahun, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat resmi melepas gelar bangsawannya dan memilih menggunakan nama Ki Hadjar Dewantara. Ki ialah panggilan untuk orang tua yang di hormati dan menjadi teladan. Hajar artinya guru, sedangkan Antara adalah nama dewa penghubung bumi dengan dunia yang lebih tinggi.

FAKTA KEDUA : Wartawan yang berani

Ki Hajar Dewantara menyelesaikan pendidikan dasarnya di Europeesch Lagere School (ELS). Ia juga pernah melanjutkan pendidikan ke STOVIA, sekolah dokter Bumiputera. Meski tidak sempat menyelesaikan pendidikannya di STOVIA karena sakit, namun ia memaksimalkan masa pendidikannya dengan banyak membaca buku. Kegemarannya membaca berbagai buku sastra, politik dan ekonomi memberinya pengetahuan dan pemikiran yang luas tentang dunia luar. Dari situlah minatnya menjadi seorang wartawan muncul. Selepas keluar dari STOVIA, Ki Hadjar Dewantara menjadi wartawan di sejumlah surat kabar terkemuka, di antaranya Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Tulisannya yang kritis menjadikannya sebagai wartawan yang terkenal pada masa itu. Salah satu tulisannya yang kontroversi berjudul “Seandainya Aku Seorang Belanda”. Dalam tulisan ini ia menyampaikan banyak kritikan terhadap pejabat Hindia Belanda. Tulisan ini dimuat di harian De Express pada 13 Juli 1913. Karena tulisan ini ia dihukum dan diasingkan ke Belanda pada tahun 1913.

FAKTA KETIGA : Pendiri Partai Indische Partij

Ki Hadjar Deawantara mendirikan partai politik nasionalis pertama di Indonesia. Partai ini ia dirikan bersama temannya Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo pada tahun 1912. Partai Indische Partij yang didirikannya tercatat sebagai partai pertama yang secara tegas mencantumkan “Indonesia Merdeka“ sebagai tujuannya. Partai ini pula yang mulai memikirkan tanah Hindia dan memisahkan semboyan Hindia dengan Belanda.

FAKTA KEEMPAT : Pendiri Taman Siswa

Terdorong dari pengalaman masa kecilnya saat ia mengamati banyaknya mayarakat yang tidak berkesempatan memperoleh pendidikan, Ki Hadjar Dewantara berhasil mewujudkan impiannya mendirikan sekolah di Yogyakarta. Sekolah yang kemudian diberi nama “National Onderwijs Institut Taman Siswa” ini didirikan pada tanggal 3 Juli 1922. Sekolah Taman Siswa ini menjadi simbol bahwa pendidikan adalah hak semua orang, tidak hanya masyarakat Eropa dan kaum bangsawan. Di sekolah ini, Ki Hadjar Dewantara memadukan pendidikan gaya eropa dengan ideologi kebangsaan. Melaui pendirian sekolah, Ki Hadjar Dewantara berkeyakinan bahwa pendidikan adalah modal penting untuk merdeka. Pendidikan merupakan sarana untuk menumbuhkan semangat kebangsaan dan mengantarkan kita sebagai bangsa yang berbudaya, beradab dan bermartabat.

FAKTA KELIMA : Pencetus Semboyan Pendidikan Nasional Indonesia

Ki Hadjar dewantara memiliki tiga semboyan yang dikenal sebagai semboyan pendidikan Indonesia, yaitu: “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso dan Tut Wuri Handayani”. Ing ngarso sung tulodo, memiliki makna “di depan memberi teladan atau contoh”. Ing madyo mangun karso, artinya “di tengah memberikan motivasi/semangat”. Sementara Tut Wuri Handayani, berarti “di belakang memberikan dorongan”. Pengaplikasian dari semboyan ini adalah bahwa setiap kita hendaknya menjadi guru yang saat di depan memberikan teladan dan contoh tindakan yang baik, saat di tengah atau di antara para muridnya memberikan inspirasi untuk menciptakan prakarsa dan ide, dan dari belakang memberikan dorongan untuk memajukan muridnya. Tut Wuri Handayani kemudian ditetapkan sebagai logo Kementrian Pendidikan Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0398/M/1977, tanggal 6 September 1977.

Selain itu, ada beberapa kutipan Ki Hadjar Dewantara yang senantiasa dapat menjadi inspirasi kita, antara lain:

“Apapun yang kamu lakukan, hendaknya memberi manfaat bagi semua, bagi dirimu, bangsamu, dan alam sekitarmu”;

“Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah”

“Dengan Ilmu Kita Menuju Kemuliaan”

“Percaya, tegas, penuh ilmu hingga matang jiwanya, serta percaya diri, tidak mudah takut, tabah menghadapi rintangan apapun”

SELAMAT HARI PENDIDIKAN, TERUS MAJU PENDIDIKAN INDONESIA..!!!