Indonesia Promosikan Kebudayaan dan Potensi Ekonomi Digital kepada Masyarakat Jerman
Pagelaran Malam Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 9 Oktober 2021, berhasil menyita perhatian penduduk kota Konstanz dan sekitarnya. Lebih dari 150 penonton datang dan menyaksikan kegiatan kebudayaan besar pertama yang diselenggarakan oleh KBRI Berlin bekerjasama dengan KJRI Frankfurt, HTWG University (University of Technology, Business and Design) dan Pemerintah Kota Konstanz, semenjak pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat di Jerman akibat pandemi COVID-19.
Pertunjukan menampilkan berbagai kesenian tradisional Indonesia seperti Rampak Kendang dan Orkester Angklung oleh Rumah Budaya Indonesia Berlin, serta Tari Giring-Giring, Tari Belibis dan Tari Ratoh Jaroe oleh perkumpulan budaya Swadaya München. Highlight dari kegiatan adalah ketika penonton dilibatkan dalam program angklung interaktif dan bersama-sama memainkan lagu Burung Kakak Tua dan Can’t Help Falling In Love. Audiens Jerman terpukau dengan bagaimana alat musik tradisional Indonesia dapat pula memainkan lagu-lagu Barat, termasuk musik pop. Sebagian hadirin juga baru mengetahui bahwa tanaman bambu dapat digunakan untuk membuat alat musik.
Kegiatan Malam Indonesia ini juga merupakan bagian dari Intercultural Week yang rutin diselenggarakan oleh Pemerintah Jerman setiap tahunnya di sekitar 500 kota besar maupun kecil dengan sedikitnya 5000 kegiatan berbentuk pagelaran, pameran, lokakarya, maupun diskusi. Intercultural Week ini juga memperoleh dukungan dari perwakilan berbagai negara, komunitas agama, dan sosial, maupun dewan integrasi dan organisasi migrasi setempat. Bagi masyarakat yang hadir, kegiatan-kegiatan Intercultural Week menjadi sedikit penawar rindu di saat perjalanan internasional tidak semudah di masa sebelum pandemi. Sejumlah penonton bahkan rela mengantre dalam cuaca dingin musim gugur untuk dapat menyaksikan Malam Indonesia secara langsung. Sebagian hadirin juga menyatakan keinginannya untuk dapat segera berkunjung ke Indonesia.
Dalam sambutannya, Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno menyampaikan harapannya agar hubungan baik antara Indonesia dan Jerman terus terjalin, termasuk pada tataran people-to-people contact. Duta Besar RI juga menyampaikan apresiasinya terhadap Kota Konstanz dan HTWG University yang secara konsisten menjadi mitra bagi Indonesia bahkan ketika dihadapkan dengan krisis finansial seperti pada tahun 1998 lalu. Oleh karena itu, lokasi pelaksanaan Malam Indonesia di Konstanz dirasa merupakan pilihan yang paling tepat untuk kegiatan besar promosi kebudayaan pertama di Jerman semenjak mulainya pandemi COVID-19.
Acara Malam Indonesia ini juga disaksikan secara live oleh lebih dari 1000 penonton melalui Instagram live, serta lebih dari 500 penonton melalui saluran Youtube yang dimiliki oleh KBRI Berlin.
Sehari sebelumnya, dua start-up asal Indonesia, MYCL dan Patémar mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pilot project program pengembangan di Jerman, landing pad selama 8 (delapan) minggu. Informasi tersebut disampaikan secara langsung oleh Duta Besar RI pada rangkaian kegiatan Indonesia Embassy Day yang diselenggarakan dalam rangkaian Asia Berlin Summit, 8 Oktober 2021.
Kedua startup tersebut bergerak dibidang sustainability. MYCL merupakan start-up asal Bandung yang membuat solusi bahan pengganti kulit hewan dengan menggunakan Jamur yang jauh lebih ramah lingkungan. Sementara itu, Patémar yang berasal dari Bali, bergerak industri fashion dengan memproduksi celana pendek renang untuk pria yang seluruhnya terbuat dari sampah plastik atau sampah laut.
Melalui kegiatan Indonesia Digital Day bekerjasama dengan gelaran Asia Berlin Summit, Enpact e.v dan HTWG University, Duta Besar RI Berlin menyampaikan bahwa inisiatif KBRI Berlin ini adalah langkah konkrit yang dilakukan untuk mendorong upaya pengembangan startup Indonesia. KBRI Berlin bekerja sama dengan Enpact E.V. yang merupakan organisasi nirlaba dalam bidang start-up di Jerman merancang program landing pad yang akan dilakukan secara berkelanjutan hingga 2023 mendatang. Program ini ke depan diharapkan dapat juga mengikutsertakan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, lembaga donor serta investor yang dapat mendorong kegiatan ini dalam skala yang lebih besar dan berkelanjutan.
Program landing pad bertujuan untuk menyiapkan startup asal Indonesia dalam memasuki Eropa baik sebagai pasar produk maupun menjalin kemitraan. program yang diberikan mencakup 3 (tiga) aspek pilar utama yaitu, penyesuaian pasar produk, kesiapan investasi dan jejaring, serta integrasi budaya dan aspek bisnis.
Senada dengan yang disampaikan oleh Duta Besar RI, Jan Lachenmayer, Managing Director Enpact E.V. juga mendukung penuh upaya pengembangan start-up Indonesia. Ditambahkan bahwa saat ini pihaknya sedang mempersiapkan incubator hub di Bali yang berfungsi sebagai center of excellence kerja sama pengembangan start-up.
Dr. Rainer, dari Senat Berlin, sebagai pengampu kegiatan Asia Berlin Summit juga menyambut baik kolaborasi yang selama ini terjalin antara KBRI Berlin dengan Senat Berlin dalam pengembangan ekosistem start-up Indonesia – Jerman. Selain menyambut baik peluncuran program landing pad bagi start-up Indonesia di Berlin, Senat dan Dewan Kota Berlin juga menyatakan kesiapannya mendukung inisiatif KBRI Berlin dan Enpact dalam merealisasikan incubator hub Indonesia – Jerman termasuk didalamnya program digital nomad bagi start-up Jerman untuk menjalankan bisnisnya dari Indonesia.
Sumber: KBRI Berlin