PENELITI SENI ASAL KANADA DI JERMAN: “ADA UNSUR SPIRITUAL DI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING“

March 4, 2020

Monika Proba, seorang peneliti seni asal Kanada yang tinggal di Warsawa, Polandia telah lama melakukan penelitian tentang pertunjukan kuda lumping Indonesia. Pada 23 Februari 2020, ia menceritakan hasil penelitiannya di acara Seminar yang digelar di Rumah Budaya Indonesia (RBI) di Berlin. Sekitar 50 peserta seminar dari berbagai negara hadir pada acara seminar tersebut.

Menurut Monika, seni kuda lumping asal Yogyakarta merupakan pertunjukan unik. Selain unsur seni layaknya gerakan tari dan silat, pertunjukan ini juga memiliki unsur spiritual. “Para penari kuda lumping umumnya bergerak dibawah alam sadar mereka. Diyakini ada pengaruh spiritual yang masuk ke tubuh mereka. Pengaruh inilah yang menggerakkan para penari. Itulah sebabnya, kalo kita amati, koreografi antara satu penari berbeda dengan penari lainnya“, jelas Monika.

Ada beberapa pendapat tentang apa sebenarnya pengaruh spritual tersebut. Namun berdasarkan keyakinan masyarakat setempat, sosok yang merasuki para penari adalah roh, jin, atau jiwa dari para leluhur. Monika juga menceritakan pengalamannya saat meneliti kuda lumping ini yang kemudian ia tuangkan dalam cerita sebuah film pendek berjudul “Park“. Dari pengamatannya, memang seperti ada roh yang masuk kedalam tubuh penari yang mendorongnya meminta sesuatu kepada penonton. Apabila tidak diberikan, roh ini akan marah dan berlari mengejar penonton yang menyaksikan.

Aksi magis lain yang ia amati adalah para penari yang memakan kaca dan berjalan di atas api. Para penari laki-laki dan perempuan akan mengikuti alunan ritme magis musik gamelan yang mengiringi selama pertunjukan. Setelah atraksi selesai semua roh akan dikirim ke tempat asalnya. Saat proses pengeluaran roh dari tubuh para penari, beberapa pawang akan memaksa roh keluar dari tubuh penari. Ketika para penari terbangun mereka tidak ingat apa yang mereka lakukan selama atraksi tersebut.

Monika menyebutkan sejarah singkat awal pertunjukan Kuda Lumping, yakni kesenian tradisional asal Yogyakarta. Awalnya, aksi kuda lumping merupakan sebuah pertunjukan untuk merefleksikan semangat juang serta simbol perlawanan pasukan berkuda Pangeran Diponegoro saat melawan penjajahan Belanda. Namun dalam perkembangannya, pertunjukan ini memasukkan unsur spiritual seperti yang dilihat saat ini.

Pertunjukan Kuda Lumping kadang berlangsung hingga 1-2 hari. Saat ini kuda lumping sering ditampilkan di berbagai acara, seperti menyambut tamu kehormatan, pernikahan, festival budaya, dan acara syukuran.

Seminar ini juga menghadirkan karya-karya fotografer Eva Rapoport, seorang research assistant di Foundation for Southeast Asian Studies di Bangkok. Selama mengerjakan proyek fotografinya Eva sering terlibat dengan pertunjukan seni di Indonesia dan wilayah lainnya di Asia Tenggara, salah satunya pertunjukan Kuda Lumping.

Di akhir seminar Monika menyampaikan kekagumannya bahwa seni Kuda Lumping di Indonesia masih eksis ditengah-tengah perkembangan pesat budaya pop modern lokal, seperti musik dangdut, dan juga serbuan budaya pop dari Barat.